Rabu, 07 April 2010

Ayam Ayam-ku

Mau cerita nih sekalian bagi sedikit pengalaman melihara ayam dibelakang rumah. barangkali ada yang berminat...

Awalnya sih gak ada keinginan untuk pelihara ayam. Apalagi tahun-tahun kemarin lagi marak-maraknya isu flu ayam, eh flu burung maksudnya!!!. Belum lagi flu babi, (”emang ada hubungannya?”). ya..., entahlah apakah ada hubungan khusus antara ayam dan babi, tapi yang penting mereka sama-sama kena’ flu, lagipula saya juga tidak bisa pelihara babi.

Oke, kembali ke ayam. Tahun lalu, saya dititipin ayam-ayam, enam ekor. Satu ayam jantan hitam dan dua ayam betina remaja (”untung mereka gak pada suka tauran”), yang betina warnanya coklat dan hitam. Sedangkan tiganya lagi, ayam jantan putih paruh baya, dan dua ayam yang udah emak-emak, yang satunya warna putih yang satunya lagi abu-abu. Nah, yang abu-abu ini yang paling galak!!!, semua ayam lain pada takut sama yang satu ini.

Ya..., mau tidak mau saya harus pelihara ayam-ayam itu. Tapi, lumayan anak-anaknya bisa di bagi limapuluh-limapuluh. Setelah beberapa minggu, ternyata asik juga pelihara ayam, apalagi dua ayam betina yang sudah dewasa (emak-emak), sudah bertelur. Ayam betina putih punya sebelas telur dan yang abu-abu punya sepuluh telur.

Ada yang lucu dari ke-enam ayam-ayam itu, bisa dibilang ”cinta segi enam”. Begini ceritanya. Pada suatu malam, Auuuuuuu...... he..he..he.. becanda..., pada awalnya ayam-ayam itu terbagi menjadi dua kelompok, kelompok yang dewasa dan kelompok yang remaja. Tapi kemudian para ayam betina yang dewasa mengeram. 21 hari tanpa pasangan si ayam jantan putih dewasa jadi kesepian. Awalnya ayam jantan remaja lebih cenderung dekat sama ayam betina remaja yang coklat, tapi semenjak ayam jantan putih dewasa kesepian dan mulai pedekate sama ayam coklat remaja, ayam jantan hitam jadi pedekate sama ayam betina hitam remaja. Ribet juga ya kalau mesti menjelaskan dengan ciri-ciri ayam, tapi apa boleh buat, soalnya saya malas kalau kasi nama. Rencananya sih mau dikasi nama teman-teman sekelas, tapi ’kan gak etis, terus mereka bakal marah, kalau tau nama mereka dijadiin nama ayam. He...he...he...

Setelah 21 hari mengeram, akhirnya telur-telur para ayam betina menetas, tapi telur ayam betina putih yang berhasil menetas hanya sembilan dan yang abu-abu hanya delapan pantat (”maaf, tapi emang belum ada ekornya kok...”). Setelah itu, ternyata tugas para induk betina masih belum selesai, mereka masih harus menjaga, mencari makan untuk anak-anaknya, dan menghangatkan anak-anaknya saat tidur dimalam hari (kalau sudah maghrib, anak-anak ayam akan masuk kesela-sela sayap induknya, istilah kasarnya ketek). Jadi, si ayam jantan putih masih harus bersabar untuk beberapa bulan hingga anak-anak ayam cukup besar. Karena itu, dititip lagi ayam betina warna hitam yang udah cukup dewasa, dan saya beli juga dua ayam betina yang dewasa berwarna hitam dan coklat (ada jambulnya) untuk menemani si ayam jantan putih. Sementara itu, lama-kelamaan para ayam betina remaja beranjak dewasa. dan si ayam jantan putih jadi punya teman lagi. Tapi malangnya si ayam jantan hitam jadi sendirian, karena kalah saing sama jantan putih dewasa yang dua kali lipat besarnya, ckckck... kasian...kasian...kasian...

nambah banyak aja ayam dibelakan rumah, belum lagi ada ayam betina tetangga yang nyelonong masuk karena gak ada temennya (ya... karena ayam itu emang bukan untuk dipelihara tapi buat dipotong), tapi karena terlanjur bertelur, jadi terpaksa ayam itu di titipin di belakang rumah, sementara itu, ayam betina warna hitam (yang baru dititip) juga sudah mulai bertelur, tapi kali ini telur-telur mereka pada ketukar satu-sama lain, jadi telurnya di bagi rata, sepuluh-sepuluh. setelah beberapa minggu akhirnya ayam tetangga dan ayam betina hitam berhasil menetaskan telurnya. Baru deh ayam tetangga dikembaliin, sedangkan anak si ayam betina hitam (yang baru dititipin) yang berhasil menetas Cuma 6 tapi besoknya tinggal 5 karena ada yang mati keinjak induknya, ada juga yang tidak berhasil menetas. Dan yang berhasil bertahan hidup sampai sekarang hanya tinggal dua ekor (emang induknya gak becus sih ngurusin anaknya, malah sekarang langsung niek ke atas po’on terus anaknya ditinggalin gitu aja kalau udah mau malam ck...ck...ck...).

meskipun ukurannya besar dan didukung dengan mukanya yang sangar tapi ayam hitam yang baru saya beli tetap saja kalah sama betina yang warna abu-abu. Sedangkan ayam betina coklat yang juga baru dibeli itu jinak, malahan dia lebih takut sama sesama ayam daripada sama manusia. Maklumlah ayam-ayamnya emang rada-rada murah. Dan, kebetulan waktu itu musim hujan, jadi lumayan banyak ayam yang sakit, dan ayam betina hitam yang baru saya beli akhirnya mati. Sedangkan anak-anak ayam milik betina putih yang berhasil bertahan hidup sampai saat ini tinggal 6 dan anak-anak ayam milik betina abu-abu tinggal lima ekor (sekarang sudah ada ekornya...).

Setelah beberapa bulan, para ayam betina remaja yang sudah menjadi dewasa dan ayam betina coklat yang baru saya beli (yang jinak) akirnya bertelur, tapi anehnya sama ayam-ayam itu, kalau si ayam betina coklat remaja yang sudah menjadi dewasa (tu ’kan ribet...), terus bertelur tapi tidak mengerami telur-telurnya (sekarang udah enambelas butir malah), terus ada juga yang bertelur di atas tanah, tapi yang paling konyol bin bodoh adalah si coklat jinak yang bertelur di atas pohon mangga, dan walhasil telurnya jatuh terus... ”cleek”. dan karena telurnya ketukar lagi, jadi mereka mengerami telur-telurnya tidak tetap (hari ini lain, besoknya pindah lagi ke keranjang lain). Sementara itu, ayam betina abu-abu dan putih juga kembali bertelur. Dan, tau gak, ternyata ada hal unik yang mereka lakukan ketika ingin bertelur lagi, yaitu mematuk-matuk anaknya yang sudah cukup besar (kalau di konversikan ke manusia, kayak anak SD kelas enam lah). Mereka mematuk anak-anaknya supaya, anak-anaknya menjauh, dan karena anak-anaknya memang sudah harus hidup mandiri, lagi pula ketek emaknya emang udah gak muat lagi buat tidur anak-anaknya. (membuat orang yang kita sayangi membenci kita untuk kebaikannya sandiri?, ckckck... sungguh daramatis...).

Lama-kelamaan akhirnya para anak ayam yang sudah cukup dewasa akhirnya bisa hidup mandiri (malah mereka udah mulai belajar berantem mukanya juga udah kaga imut-imut lagi). Karena abu-abu lebih dulu bertelur kembali, maka setelah beberapa minggu akhirnya telur-telur milik ayam abu-abu menetas duluan, sementara yang lain masih mengerami telur-telurnya. Tapi ada yang aneh, telur-telur yang dierami ayam-ayam lain malah terus berkurang, tetapi hanya dalam jumlah yang sedikit (sekitar 2-3 butir), kalau pelakunya biawak, masa’ dia pilih-pilih?, tapi kalau pelakunya orang kenapa gak sekalian ayamnya aja yang diambil?, atau Jangan-jangan hi....

Ya... udalah daripada su’uzon, mending ke topik yang lain. Anak-anak si abu-abu, dari sebelas telur ada sepuluh yang menetas, delapannya dengan cara normal, yang duanya lagi harus dibantu (bukannya sesar!, tapi dengan cara dikupas kulit telurnya), tapi yang dibantu menetas hanya satu yang berhasil bertahan sedangkan yang satunya lagi udah mati karena tidak bisa jalan, tidak bisa makan dan tidak bisa minum (ckckck makan aja susah gimana hidupnya, kalau di infus... sebenarnya ayam ini bisa dibilang lahir prematur, eh... netas prematur, karena menetas sebelum waktunya). jadi sekarang anak-anaknya tinggal sembilan, tapi satu ayam lagi, kena cidera yang lumayan parah karena di serang sama ayam lain, ya mudah-mudahan masih bisa hidup ampe gede, amien...

Dan sekarang saya masih nuggu telurnya telurnya si coklat jinak yang ada tigabelas dan si itam remaja yang menjadi dewasa yang tinggal sembilan (ribeeet...).

Ets, ada yang kelupaan, kalau nasib si ayam jantan hitam sekarang udah berakir di panci penggorengan. emmn... enak... (soalnya tu ayam cuman ngabisin makanan doank, malahan dia juga suka gangguin ayam lain ama anak-anaknya).

4 komentar:

coach outlet mengatakan...

a good post

Anonim mengatakan...

lucu jg pengalamannya..

Moh. Arief Rahman M. mengatakan...

thx buat yg udah baca dan komen... pdhal postingan ini cuman iseng-iseng doang, hehehehe...

btw, ternyta dlm dunia perayaman,,, ada adopsi anak juga lo.. si ayam remaja coklat yg jdi dewasa, skarang lgi ngurusin anak-anaknya si betina putih dewasa... aneh...!

asribook.blogspot.com mengatakan...

seru juga ya kalo ayam ayam punya kita sampe ada ceritanya kayak gitu

Posting Komentar